Sawala Kandaga Kalang Sunda (SKKS) atau tempat orang Sunda memusyawarahkan halhal yang bermanfaat merupakan komunitas Sunda sedunia. Perkumpulan ini lahir karena pecinta seni dan budaya Sunda yang jarang pulang ke Tanah Air, tapi tetap berupaya memelihara budaya Sunda.
Jumlah anggotanya sudah mencapai 2.000 orang. Pusatnya di Jabar, tapi banyak di antara mereka yang tinggal di luar negeri, seperti Jerman, Taiwan, Hong Kong, Belanda, atau Australia. Namun, komunitas ini tidak hanya membatasi pada mereka yang cinta budaya Sunda. Ada juga para ahli kesundaan lainnya yang ikut bergabung, baik seniman, pengarang, ahli sejarah, termasuk juga orang awam yang tertarik dengan budaya Sunda.
Komunitas ini menyadari kebudayaan Sunda terus tergerus, terlebih bagi mereka yang tinggal di luar negeri. Tidak ingin anak-anak mereka lupa akan nenek moyangnya, pelestarian budaya Sunda pun wajib dilakukan. Bukan hanya untuk generasi mendatang, melainkan banyak orang Sunda sekarang ini yang tidak paham akan budayanya sendiri. Pelestarian budaya yang dilakukan SKKS ini, seperti pelestarian seni tradisi melalui berbagai padepokan seni di Jabar atau diskusi mengenai kesundaan. Secara rutin anggotanya juga melakukan pertemuan.
Berbagai karya seni juga dihasilkan anggota, seperti kreasi iket dan kujang. Salah satu pendiri yang merangkap Sekretaris Umum SKKS Lucky Bachtiar mengatakan, selain seni, fokus kegiatannya pada bidang pendidikan dan kesejahteraan. Seperti membangun usaha mandiri, SKKS juga membuat forum pendidikan formal (sekolah) dan nonformal yang dinamakan Majlis Sawala yang di dalamnya membahas masalah kesundaan, nasional, internasional, dan agama.
Berbagai materi mengenai kesundaan ini bisa diakses melalui laman www.kalangsunda.net. Mulai situs-situs, aksara Sunda, kepurbakalaan Sunda, dan kamus Indonesia–Sunda. “Nantinya setiap anggota bisa menimba ilmu dari para ahli kesundaan. Mengenai banyak hal tentang Sunda. SKKS menjadi bukti eksistensi orang Sunda untuk terus memelihara budayanya. Saya harap, budaya ini bisa kembali dicintai oleh masyarakatnya sendiri,” katanya. Kegiatan rutin tahunan yang biasa dilakukan adalah berkumpul.
Mereka yang di luar negeri akan pulang untuk mengunjungi acara SKKS. Dengan cara seperti ini, budaya Sunda semakin mendunia dan gaungnya akan dikenal lebih luas. “Dengan kearifan lokal ini kami ingin mengangkatnya sebagai kekuatan nasional. Budaya Indonesia adalah budaya yang beraneka ragam. Jika tidak ada budaya Sunda, Jawa atau lainnya, budaya Indonesia akan hilang. Untuk itu, kami mempertahankannya melalui budaya kami sendiri,” tuturnya.
Ke depan, komunitas ini berharap memiliki sekolah yang kental dengan nilai-nilai kesundaan. Tujuannya mempersiapkan generasi muda Sunda yang unggul. Tidak hanya cinta pada kebudayaan, juga cinta terhadap sesama. “Bisa mengadakan bakti sosial dan kegiatan di bidang lingkungan. Baik itu untuk korban bencana alam maupun bakti sosial untuk sekolah-sekolah di daerah,” ujarnya.
Bagi Anda yang tertarik pada budaya Sunda dan ingin bergabung dengan SKKS, bisa mendaftar melalui laman www.kalangsunda.net. Tidak ada syarat khusus, yang penting memiliki kecintaan pada seni dan kebudayaan Sunda. masita ulfah (sumber http://www.koran-sindo.com/node/310553 ).
Jumlah anggotanya sudah mencapai 2.000 orang. Pusatnya di Jabar, tapi banyak di antara mereka yang tinggal di luar negeri, seperti Jerman, Taiwan, Hong Kong, Belanda, atau Australia. Namun, komunitas ini tidak hanya membatasi pada mereka yang cinta budaya Sunda. Ada juga para ahli kesundaan lainnya yang ikut bergabung, baik seniman, pengarang, ahli sejarah, termasuk juga orang awam yang tertarik dengan budaya Sunda.
Komunitas ini menyadari kebudayaan Sunda terus tergerus, terlebih bagi mereka yang tinggal di luar negeri. Tidak ingin anak-anak mereka lupa akan nenek moyangnya, pelestarian budaya Sunda pun wajib dilakukan. Bukan hanya untuk generasi mendatang, melainkan banyak orang Sunda sekarang ini yang tidak paham akan budayanya sendiri. Pelestarian budaya yang dilakukan SKKS ini, seperti pelestarian seni tradisi melalui berbagai padepokan seni di Jabar atau diskusi mengenai kesundaan. Secara rutin anggotanya juga melakukan pertemuan.
Berbagai karya seni juga dihasilkan anggota, seperti kreasi iket dan kujang. Salah satu pendiri yang merangkap Sekretaris Umum SKKS Lucky Bachtiar mengatakan, selain seni, fokus kegiatannya pada bidang pendidikan dan kesejahteraan. Seperti membangun usaha mandiri, SKKS juga membuat forum pendidikan formal (sekolah) dan nonformal yang dinamakan Majlis Sawala yang di dalamnya membahas masalah kesundaan, nasional, internasional, dan agama.
Berbagai materi mengenai kesundaan ini bisa diakses melalui laman www.kalangsunda.net. Mulai situs-situs, aksara Sunda, kepurbakalaan Sunda, dan kamus Indonesia–Sunda. “Nantinya setiap anggota bisa menimba ilmu dari para ahli kesundaan. Mengenai banyak hal tentang Sunda. SKKS menjadi bukti eksistensi orang Sunda untuk terus memelihara budayanya. Saya harap, budaya ini bisa kembali dicintai oleh masyarakatnya sendiri,” katanya. Kegiatan rutin tahunan yang biasa dilakukan adalah berkumpul.
Mereka yang di luar negeri akan pulang untuk mengunjungi acara SKKS. Dengan cara seperti ini, budaya Sunda semakin mendunia dan gaungnya akan dikenal lebih luas. “Dengan kearifan lokal ini kami ingin mengangkatnya sebagai kekuatan nasional. Budaya Indonesia adalah budaya yang beraneka ragam. Jika tidak ada budaya Sunda, Jawa atau lainnya, budaya Indonesia akan hilang. Untuk itu, kami mempertahankannya melalui budaya kami sendiri,” tuturnya.
Ke depan, komunitas ini berharap memiliki sekolah yang kental dengan nilai-nilai kesundaan. Tujuannya mempersiapkan generasi muda Sunda yang unggul. Tidak hanya cinta pada kebudayaan, juga cinta terhadap sesama. “Bisa mengadakan bakti sosial dan kegiatan di bidang lingkungan. Baik itu untuk korban bencana alam maupun bakti sosial untuk sekolah-sekolah di daerah,” ujarnya.
Bagi Anda yang tertarik pada budaya Sunda dan ingin bergabung dengan SKKS, bisa mendaftar melalui laman www.kalangsunda.net. Tidak ada syarat khusus, yang penting memiliki kecintaan pada seni dan kebudayaan Sunda. masita ulfah (sumber http://www.koran-sindo.com/node/310553 ).
No comments:
Post a Comment