Bagi rakyat Tatar Sunda,Kujang diyakini merupakan pusaka andalan dan kebanggaan Raja Pajajaran Prabu Siliwangi. Senjata Kujang yang di miliki kerajaan Pajajaran tersebut diberi nama Bayu Geni Ati dan Wira Geni, keduanya adalah sepasang yang tidak dapat dipisahkan.
Bukti keberadaan kujang diperoleh dari naskah kuno di antaranya Serat Manik Maya dengan istilah kudi, Sanghyang Siksakandang Karesian dengan istilah kujang, dan dari berita pantun Pajajaran Tengah (Pantun Bogor).
MAKNA FILOSOFI KUJANG
Nama kedua Kujang mempunyai makna :
Kujang Pertama “BAYU GENI ATI” makna yang terkandung di dalamnya adalah :
“Bayu” berarti angin yang berarti pula memberikan kesejukan, ketenangan dan kedamaian, Bayu juga bernuansakan kebaikan dan kesucian.
“Geni” berarti api, sesuai dengan namanya Geni atau api bersifat panas, berani, nafsu amarah yang bernuansakan keburukan.
“Ati” berarti hati. Hati kita tempat terpancarnya kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan serta kedamaian.
Kujang Kedua “WIRA GENI” makna yang terkandung di dalamnya adalah :
“Wira” berarti Waspada atau kewaspadaan yang menjadi penyeimbang dan pengontrol dari kedua nilai yang bertentangan antara baik dan buruk, benar dan salah yang bersumber dari pancaran hati.
“Geni” dalam hati ini cenderung bersifat berani.
Jika kedua Kujang ini bersatu maka artinya kita harus waspada yang bersumber dari hati yang bersih dalam menyikapi kedua hal yakni antara kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kebathilan. Kita yakini pula bahwa kebaikan itu bersumber dari hati yang bersih dan sebaliknya keburukan bersumber dari hati yang kotor. Karena itu perlu adanya penyeimbang yang dapat memberikan kewaspadaan dalam segala ucapan, perbuatan dan tekad, sehingga muncul kedewasaan, kemandirian dalam melaksanakan tanggung jawab. Kesejukan, ketenangan dan kedamaian harus dibarengi dengan keberanian dalam menegakkan kebenaran dan menolak kejahatan. Berani karena benar takut karena salah, yang semuanya bersumber dari hati.
(Raden Wiriatmadja, 19 Juni 2013).
Bagi rakyat Tatar Sunda,Kujang diyakini merupakan pusaka andalan dan kebanggaan Raja Pajajaran Prabu Siliwangi. Senjata Kujang yang di miliki kerajaan Pajajaran tersebut diberi nama Bayu Geni Ati dan Wira Geni, keduanya adalah sepasang yang tidak dapat dipisahkan.
Bukti keberadaan kujang diperoleh dari naskah kuno di antaranya Serat Manik Maya dengan istilah kudi, Sanghyang Siksakandang Karesian dengan istilah kujang, dan dari berita pantun Pajajaran Tengah (Pantun Bogor).
MAKNA FILOSOFI KUJANG
Nama kedua Kujang mempunyai makna :
Kujang Pertama “BAYU GENI ATI” makna yang terkandung di dalamnya adalah :
“Bayu” berarti angin yang berarti pula memberikan kesejukan, ketenangan dan kedamaian, Bayu juga bernuansakan kebaikan dan kesucian.
“Geni” berarti api, sesuai dengan namanya Geni atau api bersifat panas, berani, nafsu amarah yang bernuansakan keburukan.
“Ati” berarti hati. Hati kita tempat terpancarnya kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan serta kedamaian.
Kujang Kedua “WIRA GENI” makna yang terkandung di dalamnya adalah :
“Wira” berarti Waspada atau kewaspadaan yang menjadi penyeimbang dan pengontrol dari kedua nilai yang bertentangan antara baik dan buruk, benar dan salah yang bersumber dari pancaran hati.
“Geni” dalam hati ini cenderung bersifat berani.
Jika kedua Kujang ini bersatu maka artinya kita harus waspada yang bersumber dari hati yang bersih dalam menyikapi kedua hal yakni antara kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kebathilan. Kita yakini pula bahwa kebaikan itu bersumber dari hati yang bersih dan sebaliknya keburukan bersumber dari hati yang kotor. Karena itu perlu adanya penyeimbang yang dapat memberikan kewaspadaan dalam segala ucapan, perbuatan dan tekad, sehingga muncul kedewasaan, kemandirian dalam melaksanakan tanggung jawab. Kesejukan, ketenangan dan kedamaian harus dibarengi dengan keberanian dalam menegakkan kebenaran dan menolak kejahatan. Berani karena benar takut karena salah, yang semuanya bersumber dari hati.
(Raden Wiriatmadja, 19 Juni 2013).
MAKNA FILOSOFI KUJANG
Nama kedua Kujang mempunyai makna :
Kujang Pertama “BAYU GENI ATI” makna yang terkandung di dalamnya adalah :
“Bayu” berarti angin yang berarti pula memberikan kesejukan, ketenangan dan kedamaian, Bayu juga bernuansakan kebaikan dan kesucian.
“Geni” berarti api, sesuai dengan namanya Geni atau api bersifat panas, berani, nafsu amarah yang bernuansakan keburukan.
“Ati” berarti hati. Hati kita tempat terpancarnya kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan serta kedamaian.
Kujang Kedua “WIRA GENI” makna yang terkandung di dalamnya adalah :
“Wira” berarti Waspada atau kewaspadaan yang menjadi penyeimbang dan pengontrol dari kedua nilai yang bertentangan antara baik dan buruk, benar dan salah yang bersumber dari pancaran hati.
“Geni” dalam hati ini cenderung bersifat berani.
Jika kedua Kujang ini bersatu maka artinya kita harus waspada yang bersumber dari hati yang bersih dalam menyikapi kedua hal yakni antara kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kebathilan. Kita yakini pula bahwa kebaikan itu bersumber dari hati yang bersih dan sebaliknya keburukan bersumber dari hati yang kotor. Karena itu perlu adanya penyeimbang yang dapat memberikan kewaspadaan dalam segala ucapan, perbuatan dan tekad, sehingga muncul kedewasaan, kemandirian dalam melaksanakan tanggung jawab. Kesejukan, ketenangan dan kedamaian harus dibarengi dengan keberanian dalam menegakkan kebenaran dan menolak kejahatan. Berani karena benar takut karena salah, yang semuanya bersumber dari hati.
(Raden Wiriatmadja, 19 Juni 2013).
haturnuhun pisan kuperhatosana
ReplyDeletesalam baktos
https://www.facebook.com/BorizYeltsin
Assalamualikum wr wb kang....
ReplyDeleteAssalamualikum wr wb kang....
ReplyDelete